Wednesday, June 19, 2013

Pelantun Melodi yang Jago Bedah. Antonius Googie Sanga P 11140110144 UAS Take Home Test Feature Profile


Pelantun Melodi yang
Jago Bedah

              Gemuruh tepuk tangan mengisi kekosongan di seluruh ruangan seiring dengan usainya dentingan piano. Di luar masih basah karena sisa hujan beberapa jam yang lalu serta angin malam masih kencang berhembus, namun di dalam sini suasana begitu hangat oleh canda tawa penonton menyaksikan penampilan sebuah grup jazz yang membawakan lagu-lagunya dengan semi jenaka. Grup musik yang satu ini memang sudah tidak asing lagi dikenal oleh masyarakat Indonesia, khususnya bagi mereka penggemar musik jazz. Sebut saja, Indra Lesmana dan Echa Soemantri yang telah menghabiskan lebih dari separuh usianya untuk berkecimpung dalam dunia musik jazz. Tak ketinggalan, sang vokalis, yang menjadi dalang dalam acara hari ini, serta sukses mengocok perut para penonton dalam kurun waktu kira-kira tiga jam terakhir, Teuku Adifitrian, yang biasa dikenal dengan nama “Tompi” ini memang selalu mampu menyajikan lagu-lagunya secara khas dan entertaining.
            Seperti misalnya, lagu yang baru saja usai dinyanyikan bertajuk “Selalu Denganmu” dalam acara Mostly Jazz di Red White Jazz Lounge ini dibawakan dengan lucu. Di awal lagu, Ia menyindir orang-orang yang sering menirukan gaya bernyanyinya. “Entah kenapa orang-orang itu berusaha menirukan aku, bernyanyi dengan cara yang didengarnya,” ujarnya dengan cara dilagukan, lantas dilanjutkan dengan komedi-komedi khasnya dan disambut dengan gelak tawa dan tepuk tangan penonton. Hal ini menggelitik saya untuk mengenal lebih dalam tentang siapa sebenarnya seorang Tompi ini.
            Ditemui di sebuah kafe kecil nan santai, Monolog, di bilangan Senayan, Jakarta Selatan, pria bertubuh sedikit gemuk ini, bersama tiga orang rekannya, tampak ramah dan ceria ketika menyambut saya. Dengan kemeja kotak-kotak serta topi newsboy yang tak pernah absen digunakan, penampilannya yang santai mampu membuat saya membawakan obrolan-obrolan yang ringan tanpa kekakuan dan keminderan yang biasanya sering saya alami ketika harus berhadapan dengan orang yang menurut saya dia orang penting dan dikenal banyak orang.
            Sewaktu kecil, pria kelahiran Lhoukseumawe, 22 September 35 tahun silam ini ternyata sama sekali tidak mempunyai impian untuk menjadi seorang penyanyi, apalagi menjadikan penyanyi itu sebagai profesinya di kemudian hari untuk menghidupi sisa hidupnya. Hingga sewaktu kuliah, Ia mulai mencoba memberanikan diri untuk bernyanyi lewat kegiatan kampus. Kebiasaannya dalam melantunkan lagu-lagu daerah Bumi Serambi Mekah dengan cengkok ternyata mempengaruhi gaya bernyanyinya yang memang khas, dan hal itulah yang justru mampu melambungkan nama Tompi yang dengan mudah dikenal oleh masyarakat.
            Sebelum terkenal sebagai penyanyi, anak kedua dari empat bersaudara ini ternyata mengemban pendidikan di dunia kedokteran. Dulu, dari kecil sampai SMA, Ia menghabiskan waktunya di Aceh. Selepas SMA, Pria berkulit gelap ini mencoba hijrah ke Bandung untuk mengikuti bimbingan belajar serta mengikuti Ujian Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Tanpa disangka-sangka, Ia akhirnya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan akhirnya pindah ke Jakarta hingga hari ini. Setelah lulus sebagai dokter di Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2003, Ia sempat bekerja sebagai dokter umum di IGD Rumah Sakit Koja, Tanjung Priok, lalu beralih menjadi dokter okupasi di PT National Panasonic, dan terakhir di US Embassy. Setelah kemudian lulus tes masuk program spesialis bedah plastik pada tahun 2003 akhir, Ia lalu membuka kliniknya sendiri, dengan diberikan nama yang sedikit unik yaitu Beyoutiful Clinic, di daerah Jakarta Selatan. Klinik ini dibuka hanya spesial untuk bedah estetik, pelayanan gigi dan kulit.
            Selama sekolah dokter umum hingga sampai menjadi spesialis Ia lalui sambil merintis karir bernyanyi. Melalui perjumpaannya dengan tokoh-tokoh besar dalam dunia tarik suara seperti Bertha dan Tjut Deviana, ternyata mampu meningkatkan kualitasnya dalam bernyanyi. Hingga pada suatu hari, Tompi mendapatkan tawaran untuk tampil menyanyi di The Bar, Four Season Hotel. Sejak saat itulah Ia memulai merintis karirnya sebagai penyanyi profesional.
            Sebelum bersolo karir, Pria berbintang Libra ini pernah menjadi seorang vokalis band “Cherokee” yang pernah tampil hingga ke Singapura selama tiga hari berturut-turut. Karena penampilannya yang memesona, Ia pun ternyata dijuluki Super Vocalist dan Super Sound oleh masyarakat Negeri Singa, Singapura. Setelah itu, Ia mencoba bergabung dengan Bali Lounge yang mengusung aliran etnis modern dengan singlenya yang berjudul “Something’s Wrong” dan “Apa”. Dengan pengalaman menyanyinya itu, kemampuan olah vokal Tompi makin terasah dan akhirnya muncul keinginan untuk membuat album solo.
Banyak penyanyi-penyanyi handal yang menghabiskan waktunya bertahun-tahun untuk membuat sebuah album. Tak demikian halnya dengan Tompi, ia hanya membutuhkan waktu singkat sekitar dua minggu untuk menggarap album perdananya itu. Dengan proses rekaman dan mastering yang dilakukan di Jakarta sedangkan untuk mixing dilakukan di Negeri Singa, Singapura.
            Hari yang dinantikan pun tiba. Di pertengahan 2005, album pertama yang diberi nama “T” pun rilis. Album ini berisikan 12 lagu dimana 6 lagu berbahasa Indonesia dan 6 lagu lainnya berbahasa Inggris. Dan ketika itu lagu yang Tompi bawakan itu adalah lagu  dengan hits “Selalu Denganmu”, saat itu Tompi berharap agar karyanya dalam bermusik dapat diterima baik oleh masyarakat. Sebagian besar lagu yang ada di dalamnya merupakan lagu hasil ciptaannya sendiri. Dengan bantuan alat perekam kecil dan telepon genggamnya Tompi menciptakan lagu di sela-sela waktu senggangnya. Inspirasinya dalam menciptakan lagu ini bisa berasal dari mana saja, mulai dari suasana di sekitar lingkungannya, hal-hal kecil yang terjadi di sekitar, pengalaman pribadi orang-orang terdekat, hingga pengalaman pribadinya sendiri. Kebanyakan lagunya merupakan lagu-lagu cinta yang dikemas dengan berbagai mood, bisa senang, sedih, duka, ataupun ceria. Album ini meninggalkan kesan yang mendalam bagi seorang Tompi, karena dalam proses pembuatannya, Ia dibantu oleh musisi-musisi handal seperti Louis Pragasm dan Marina Xavier yang dengan senang hati menyumbangkan lirik berbahasa inggris, serta dengan rilisnya album ini, maka debutnya sebagai penyanyi professional pun dimulai.
            Pada bulan Ramadhan tahun 2006, Tompi yang merupakan seorang muslim  menggunakan talentanya dalam bernyanyi dan menciptakan lagu bernuansa islami yang bertujuan untuk menarik perhatian anak-anak muda agar semangat menjalani ibadahnya di bulan suci ramadhan ini. Saat itu Tompi berhasil meriliskan albumnya yang kedua yang bernuansa islami dengan judul Soulful Ramadhan. Uniknya setelah Tompi merilis album Soulful Ramadhan selang waktu beberapa minggu untuk menambah kaya album itu Tompi pun menciptakan 2 lagu yang berbahasa Aceh dengan liris “Doa untuk Aceh dan Salam”. Lagu-lagu berbahasa itu ia ciptakan bukan tanpa maksud, selain memang tak melupakan tempat muasalnya. Tompi juga secara khusus menciptakan 2 lagu tersebut untuk membangkitkan semangat masyarakat Aceh yang kala itu baru saja mengalami bencana Tsunami yang dahsyat itu.
            Dua albumnya itu berhasil membawa namanya masuk ke dalam daftar nominasi di 2 kategori AMI Awards 2006 sekaligus, yakni Kategori Karya Produksi Terbaik Bidang Rhytm & Blues dan Kategori Best of The Best Pendatang Baru Terbaik. Walau gagal meraih tropi, setidaknya dengan keikutsertaannya pada ajang bergengsi untuk para pekerja seni musik itu cukup membuktikan bahwa eksistensinya sebagai penyanyi sudah layak diperhitungkan.
            Disamping itu, Tompi dalam album ini terdapat 10 lagu islami yang dipadankan dengan suasana modern irama lounge. Tak berhenti sampai disitu, suami dari Arti Indira ini mulai menggarap lagu-lagu baru. Pada tahun 2007, album “Playful”-nya pun rilis, dengan single “Salahkah”. Masih sama dengan album pertamanya, album ini pun didominasi oleh tema-tema lagu cinta dan perselingkuhan.  
Selain lagu Salahkah Tompi pun juga memiliki 12 buah lagu lainnya di dalam album tersebut, antara lain: Balonku, Lulu dan Siti, Jangan Engkau Ganggu Cintaku, Valentine Day, T-Scat, Engkaulah Satu-satunya, Aku Tak Mau, Kekagumanku, I Am Falling In Love, Even If, Can You feel My Music, dan Soft Shoe. Lalu setahun kemudian, Tompi kembali mengeluarkan albumnya yang berjudul “My Happy Life, dengan dua tembang andalannya, yaitu “Sedari Dulu” dan “Menghujam Jantungku”. Albumnya tersebut dikerjakan di sela-sela jadwal prakteknya sebagai dokter umum. Di album keempatnya itu Tompi kembali ke habitat musik lamanya  yaitu “Jazz”.
            Bersama kedua rekannya, Glenn Fredly dan Sandhy Sondoro, mereka membentuk gerakan berkesenian dengan motivasi membawa perubahan terhadap pandangan politik budaya dan berkebangsaan pada tahun 2011. Grup ini dinamakan “Trio Lestari”. Berawal dari salah satu acara musik di Indonesia, Tompi bertemu dengan Sandhy yang mengajaknya untuk tampil bersama. Sejak saat itu, muncullah ide untuk membuat suatu kolaborasi yang bukan hanya sekedar menyanyi bersama seperti biasanya, tetapi mereka menginginkan sesuatu yang lebih besar. Dari situ, mereka berpikir untuk mengajak seorang lagi yang bisa mengarahkan semuanya, dan saat itu yang terpikirkan adalah Glenn. Maka terbentuklah satu kolaborasi ini, dan nama Trio Lestari pun merupakan sumbangsih pemikiran dari Glenn Fredly. Hingga saat ini, mereka sudah melakukan tour di 8 kota besar di Indonesia. Yang cukup unik, dan berbeda dari show menyanyi yang dilakukan oleh artis lainnya adalah mereka senantiasa melakukan interaksi dengan menyelipkan obrolan-obrolan berupa kritik tentang persoalan yang sedang hangat terjadi di negeri ini bersama para penonton. Acara ini pun dikemas dengan santai dan penuh dengan bumbu komedi. Wajar jika acara ini selalu disambut baik oleh masyarakat dan tiket selalu terjual habis.

Tidak hanya Trio Lestari, pada saat ini, Tompi juga membuat proyek terbaru yang berkolaborasi dengan Tjut Nyak Deviana, Fajar, dan Wahyu, yang menamai diri “Dr and The Profesor”. Untuk konsepnya sendiri masih dirahasiakan. “Rencananya kami akan segera masuk dapur rekaman awal Mei ini. 8 lagu sudah dipersiapkan,” tuturnya sembari menikmati kopinya yang tinggal sedikit.
            Mengenai kesibukannya sebagai dokter sekaligus penyanyi, Bapak dua anak ini mengaku sibuk dan terkadang merasa kurang mempunyai waktu. “Memang sibuk banget! Tapi karena semuanya gue suka, jadi kalau nggak ada kerjaan malah bingung mau ngapain,” tuturnya. Kuncinya dalam bekerja adalah membagi waktu dengan cara berkomitmen terhadap diri sendiri dan berusaha selalu efektif dalam bekerja. Saat ini, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mengurus klinik. Kalau pun ada job menyanyi, dikerjakan pada malam hari. Untungnya, operasi yang dilakukan bersifat elektif, terencana dari jauh hari, sehingga mudah untuk diatur.
            Hujan datang lagi. Langit sudah agak kemerahan terkena semburat matahari yang sebentar lagi tenggelam. Tak terasa sudah lebih dari satu jam saya ngobrol dengan musisi merangkap dokter ini. Pembawaannya yang ramah dan supel membuat saya betah berlama-lama untuk bercerita banyak dan berbagi pengalaman bersamanya. Berbagai kisahnya yang menabjukkan tentu saja sangat menginspirasi saya untuk terus berkarya lewat musik, namun tetap mengembangkan kemampuan saya di dalam dunia jurnalistik.
















Antonius Googie Sanga Pramandika
Jurnalistik 2011
11140110144

No comments:

Post a Comment