Nekad itu terjadi pada saat kita tau kemampuan kita
dan tau kalau ada beberapa hal yang tidak bisa kita lakukan namun masih kita
lakukan, namun kalau ‘punya nyai’ itu adalah kita tau kapasitas kita dan kita
tau kalau kita bisa berhasil di satu hal dan kita punya keberanian untuk itu,
nah itu baru disebut ‘’punya nyali’. ‘punya nyali’ disini diartikan kita masih
ragu akan kemampuan kita yang membuat kita akhirnya tidak maju atau staknan
pada suatu hal
Mengapa ada hal tersebut ? karena memang disini saya
membahas tentang seseorang yang notabennya Nekad untuk melakukan sesuatu, namun
akhirnya toh diujungnya atau sekarangnya dia berhasil dalam artian bukan sekedar
sukses tapi apa yang dihasilkan benar benar menyebar ke segala penjuru dan
hasil dari pekerjaannya telah membuat mimpi beberapa orang itu terwujud.
Perkenalkan,
Bapak ini adalah David Karto
Bukan
David Katro, seperti guyonan Tukul Arwana terhadap orang desa yang belum melek
teknologi.
David Karto adalah seorang pengusaha di bidang
Musik. Dia adalah orang Jakarta yang katanya tumbuh besar di daerah Mangga
Besar dan tergabung dalam Geng yang disegani disana yaitu Pacinko. Saya tau
soal Geng itu yang mempunyai ciri khas menggunakan Motor RX King dan membawa
Samurai. Pengalaman dia adalah dari umur 17 dia menjadi DJ dengan pemikiran
ingin memberikan hal baru kepada para pendengan sesuatu yang mungkin mereka
belum pernah dengar.
Setelah 10 Tahun, akhirnya David berhenti menjadi
pemutar piringan hitam dengan mesin elektronik, dia akhirnya membuat sebuah
Toko yang menjual Vinyl atau dikenal dengan Piringan Hitam yang dimainkan
dengan alat yang menggunakan Jarum, dan itu didirikannya di Gandaria yang menjadi
awal sebuah Label Rekaman Independen nomor 1 di Indonesia, Demajors.
Awalnya Demajors adalah took yang menjual Vinyl,
namun siapa yang sangka kalau akhirnya Demajors menjadi salah satu Perusahaan
Rekaman yang paling digemari para musisi. 2001 awal didirikannya sebuah took yang menjual Vinyl dan
kemudian mendirikan Demajors bersama dua rekannya, Adhi Djimar, dan Sandy
Maheswara pada 30 Maret 2001.
2004.
Demajors akhirnya bisa masuk ke ranah music Indonesia melalui jalur distribusi
terlebih dahulu. DeMajors yang
saat ini mengumpulkan lebih dari 100 artis lokal dengan beragam gaya musik.
Artis seperti Rieka Roeslan,(Alm) Bubi Chen, Pure Saturday, Endah n Rhesa, Anda
Perdana, Efek Rumah Kaca, tumbuh bersama DIMI (Demajors Independent Music
Industries) dalam menegakkan iklim musik non-mainstream di
Indonesia. Dan lebih dari 10 Artis non Indonesia juga berkerjasama dengan
Demajors.
Demajors juga
bertujuan untuk membina hubungan antara musik non-mainstream Indonesia dengan saingan
internasionalnya. Rilisan DIMI saat ini dapat ditemui di took musik ternama (Musik Plus, Disc Tarra, Duta
Suara) maupun concept store (Goods
Dept, Omuniuum, Unkl) yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.
Kerja keras Demajors
selama 10 tahun terhadap musik ditandai dengan dianugrahi oleh Rolling Stone Magazine Indonesia’s editor’s choice award untuk The New Alternative di tahun 2009. Di bawah nama merek
Demajors, DIMI membuat De Majors Butik yang menjual CD, merchandise band yang tidak ada di toko-toko lain
dengan harga yang sama, studio recording, terdapat pula hall yang tidak terlalu
besar untuk coaching dan
gelaran media meet & greet di Gandaria.
Pertemuan saya dengan David Karto sebenarnya bukan
hal yang disengaja. Saya dipanggil ke Kantor Demajors perihal pengiriman CV saya
yang diperuntukan untuk tim Demajors. Tidak disangka CV saya dibaca dan saya
langsung diemail oleh David Karto soal pertemuan kami. Sebagai penggemar musik
hasil Demajors maka menjadi ‘dag dig dug’ bukan hal aneh.
Di pikran saya adalah ‘Gila, gue mao ketemu David
Karto’. Disamping segala kekaguman saya terhadap dia, David yang semula dipiran
saya adalah orang yang Sombong dan perokok keras ternayat itu semua
diputarbalikan dengan berbeda. David sangat ramah, dia menghampiri saya di
halaman belakang Demajors dengan menggunakan Celana Pendek dan Kaos bertuliskan
‘Del Piero’ di pungggung.
Salaman atau berjabat tangan ? David sepertinya
kurang menyukai, dia lebih menykai Tos Tinju yang selalu dilakukannya ke rekan
kerjanya, karena saya mengalami penolakan salaman sebanyak 4 kali, maklum saya
kebiasaan bersalaman. Saya pikir hanya saya yang tidak bisa bersalaman dengan
mas David. Ternyata, semua rekannya pun diperlakukan hal yang sama, mulai dr
OB, Bagian Jurnalistik, Orang Radio dampai Jimmy ‘Morfem’ dan Jamie Aditya saat
mereka berkunjung ke kantor Demajors di Fatmawati.
Kesulitan awal Demajors jelas adalah Dominannya
pasar music Mainstream, dan ketakutan tidak berhasilnya jika Demajors terus
bergerak di aliran anti-mainstream,
namun hal tersebut dipatahkan dengan kesuksesan Demajor mengorbitkan banyak
Artis non mainstream namun yang berkulaitas jauh diatas musik musik kacangan di
Indonesia. Bukti penjulan melebihi 300.00 keping CD dalam 4 Tahun bukanlah
prestasi sembarangan.
‘itu
kepingan yang dihitung, kita tidak tau untuk kepingan CD yang tidak dihitung,
Hasil Pembajakan di Internet,dan segala rilisan via Online yang diunduh oleh
para pengemar, kalau diingat ingat yah ini merupakan kesuksesan kita sebagai
tim untuk tidak mengecewakan para Artis dan Bakat mereka’, kata David Karto.
Tantangan
Demajors sendiri adalah menurunkan tingkat pembajakan dengan cara kreatif.
Karena pembajakan adalah salah satu kejahatan yang mematikan segala kreatifitas
sang artis bahkan sebelum sang artis melakukan usaha untuk mengembangkan bakat
mereka. Maka dari itu Demajors menjual setiap hasil rekaman mereka dengan
package yang unik dan harga terjangkau sehingga meminimalisir segala bentuk
pembajakan. Karena dengan ‘membeli’ kita menghargai hasil karya sang artis.
Banyak hal yang dilakukan untuk sukses di industri
musik, mulai dari merilis CD, membuat acara, mengelola bakat artis, lisensi dan
mendapatkan penghasilan tambahan agar para seniman merasa dihargai karya karya
mereka. Untungnya, Demajors telah memiliki sendiri basis penggemar lokal yang
akan dengan senang hati membeli cepat-cepat rilisan asli dari pada bajakan.
‘Mas
David menyesal tidak menunggalkan dunia DJ dan segala music Elektronik ketika Mas David melihat saat ini
justru music sepertiitu sangat laku dipasaran ?’
David
menjawab
‘wah,
kalau mao nyesel mah, gue nyesel segala sesuatu, Josh. Mulai dr A –B C- D. Kalo
gue pikirin bisa mati lama lama, kalau untuk nyesel si pasti ada cuma yah Life must go on, tapi ini yang gue
senang lakukan, 12 Tahun bukan waktu yang pendek untuk Demajors. Kalau untuk DJ
hanya musiman, ini ? gue mao bkin Everlasting !’
tutup David Karto
‘Prinsip
gue 1, kalau lu mao sukses yah jangan liat kebelakang, mereka ngak ada urusan
sama hal didepan, kalau mau kita jalan bersama, ngak ada sukses ninggalin tim
dibelakang, karena itu Demajors dibentuk sedikit orang dan yang bekerja hanya
sedikit, biar kita semakin dekat dan berasa kekeluargaan, itu udah kesuksesan
nomor 1 yang musti gue ciptakan’
Joshua Gunadhi (11140110222)
Penulisan Feature
Bpk Samiaji Bintang
Joshuagunadhi.wordpress.com
No comments:
Post a Comment